IKUTI
INFO PASISIRANCAK
  • 2 tahun yang lalu / info libur lebaran 2022 ekowisata penyu ampingparak: tiket masuk Rp10.000, sewa kano Rp25.000/30menit, sewa perahu listrik Rp150.000/jam
  • 2 tahun yang lalu / konservasi penyu ampingparak berencana realese 1.500 ekor tukik (anak penyu) saat libur lebaran 2022
  • 2 tahun yang lalu / Pokdarwis LPPL Amping Parak Sediakan Bibit Cemara Laut. Harga @15.000/batang
Monografi Adat Nagari Ampingparak

Monografi Adat Nagari Ampingparak

Oleh : Haridman - Kategori : Produk Wisata
30
Apr 2022

Nagari Amping Parak (Nagari Adat), salah satu kenagarian di Pesisir Selatan, Pesisir Selatan. Nagari ini berada di dalam Kecamatan Sutera. Untuk mengetahui lebih jauh tentang nagari ini, berikut penulis laporkan dari berbagai sumber dan literatur di Ampiang Parak.

Nagari ini adalah salah satu nagari di kawasan Bandar Sepuluh susunan pemerintahan adalah Rajo di dalam kelarasan koto piliang. Disebelah utara berbatasan dengan Surantiah, mulai dari laut dengan kaki bukit Batu Mandamai sebelah kebalik ujung (dahulunya dengan Gunung Rajo), kelok jalan besar dari Alai ke Sungai Sirah, terus kepuncak Gunung Sigiriak.

Kehulu, dengan kayu gadang, Bukik Aur, batas Koto Tinggi, puncak pendakiaan Kayu Aro, Langgai dan Gunung Harimau. Selanjutnya disebelah selatan dengan Nagari Kambang. Mulai dari laut dengan Pinago Baselo, terus ke Bukit Carano. Sebelah kehulu dengan Bukit Sarang Anggang dan Air Membunuh Urang.

Nagari amping parak dalam pemerintahan menurut adat dibagi dalam 2 bagian yaitu : Daerah ‘’ Badangkung Mudik “ yang disebut juga dengan Koto Nan Tigo yaitu, Koto Ranah, Koto Tinggi, Sungai Kumbayang. Daerah ‘’ Badangkung Hilir “ yaitu : Limbur Pasang Mudik, Limbur Pasang Mudik meliputi daerah Padang Bajakan, Taratak Paneh, Sikabu, Sungai Jukuik, Tanjung Gadang dan Bukik Kacik. Limbur Pasang Hilir.

Limbur pasang hilir adalah daerah yang meliputi dari Koto Tarok sampai kehilir Padang Laweh, Pasar Amping Parak, Alai, Padang Tae dan Ujung Air.Sebagaimana disebutkan didalam sisomba adat Minangkabau, bahwa nagari ba – ampek suku , suku babuah paruik. Maka empat suku induk di Nagari Amping Parak adalah, Melayu Empat Ninik terdiri dari : Melayu Tengah, Melayu Koto Kacik, Melayu Bariang, Melayu Durian. Selanjutnya Suku Kampai Ampek Paruik terdiri dari : Kampai Tangah, Kampai Sawah Laweh, Kampai Nyiur Gading dan Kampai Bendang.

Suku Panani Tigo Ibu yaitu terdiri dari : Panai Tangah, Panai Lundang, Panai Tanjung. Tigo Lareh terdiri dari : Sikumbang, Jambak, Caniago. Struktur pemerintahan Nagari Adat Amping Parak menurut adat dipegang oleh seorang rajo, yang dipanggil dengan nama Tuanku. Ia dibantu oleh empat orang penghulu dari Suku Melayu Empat Paruik, yang disebut Sandi Rajo, empat orang penghulu pucuk dari Suku Nan Ampek, serta sandi penghulu, atau disebut juga Penghulu Andiko dari ka – ampek suku yang ada didalam Nagari Amping Parak dan begitu juga diikut sertakan kaum ulama yang disebut kaum sarak, imam dan khatib

.Rajo tumbuh secara turun – temurun dari suku empat buah paruik dan diutamakan dalam paruik Sutan , dan apabila dalam paruik Sutan tidak ada yang mungkin jadi rajo, maka diambilkan dari paruik Bandaro, dan jika didalam Bandaro tidak ada yang patut, maka diambilkan dari paruik Bagindo dan apabila dari ketiga paruik tersebut tidak ada yang patut menjadi pucuk pimpinan nagari maka diambilkan dari suku nan ampek. Yang diutamakan ada hubungan dengan kaum rajo, seperti anak pisang, ataupun cucunya. Dalam hal ini sudah terjadi dua – tiga kali. Diantaranya Bagak dengan nama Sutan Hidayat dengan gelar Marah Batuah dari Suku Caniago, mati dan berkubur di Pasar Amping Parak.

Untuk suku nan empat yang berhak menjadi rajo adalah sebagai berikut : kaum Melayu ampek paruik, paruik Bandaro kalau geleran paruik ini menjadi rajo, maka bergelar Tuanku Bandaro Lelo Alam. Lalu selanjutnya, kaum bagindo. Bila kaum ini menjadi rajo, maka bergelar Tuanku Bagindo Mulia.Bila giliran Sutan menjadi rajo, maka ia diberi gelar tuanku Bagindo Sutan Basa.

Sudah menjadi ketentuan bahwa dari perut Sutan yang diutamakan menjadi Kepala Pemerintahan Nagari Amping Parak. Sepanjang diketahui bahwa dari perut SUTAN sudah 6 kali manjadi rajo. Mulai dari yang pertama Tuanku Nan Bagombak Putiah, bergelar Tuanku Bagindo Sutan Besar yang bekubur di Bukit Gobah, Ujung Bukit Gitan.

Dan yang kesepuluh (10) adalah Sutan Djamt bergelar tuanku Bagindo Sutan Basa yang berkubur di Balai Lamo Pasar Amping Parak.Kemudian perut Imam Samba bergelar Bagindo Rajo dan betugas sebagai imam (atau ikutan orang banyak) dalam melakukan penyembahan sewaktu raja di nobatkan. Siapa yang menjadi Rajo didalam suku malayu, maka dia menjadi penghulu pucuk dalam kaum suku melayu empat buah perut, yang di dalamnya dibantu oleh 4 (empat) orang penghulu yang disebut sandi rajo yang sederajat dengan penghulu pucuk yaitu Bandaro Alam, Bagindo Ali Sutan Saripado, Bagindo Rajo

Karena agama islam telah berkembang dengan pesat, maka diikut sertakan pula para ulama yang disebut sebagai “ Barampek, balimo dalam syarak” yang artinya seorang ulama yang diambilkan dari Kaum Melayu Empat Paruik yang disebut juga Kali Rajo dengan gelar Kali Berahim, Selaku Pucuk dalam syarak.

Kedudukan Rajo berada di daerah “ Badangkuang Hilir ” karena perhubungan kedaerah serasa sulit maka rajo selaku Kepala Pemerintahan membagi 2 (dua)daerah. Susunan Pemerintahannya disebut dengan istilah “ barampek balimo dengan urang tuo “ 1 (satu) Orang Tuo sebagai mewakili rajo yang begelar Rajo Yaman dari suku sikumbang. Ia didamping 4 orang penghulu pucuk dari suku nan empat.Karena adat sudah bersandi syarak, maka kehadiran para ulama dikenal dengan istilah “barampek, balimo dalam syarak “ .

Setelah kemerdekaan sistem pemerintahan Nagari di Sumatera Barat diseragamkan, disebut Wali Nagari, sebagai kepala pemerintahan Nagari dan dibantu oleh kepala Kampung. Kini Nagari Amping Parak mekar menjadi dua, Amping Parak induk dipimpin Bustami dan Amping Parak Timur dipimpin Asril. Terlebih dan terkurang dari tulisan ini, penulis mohon maaf kepada Ninik Mamak, Gadang Basa Batuah di Ampiang Parak. Tujuannya tidak lain untuk mengangkat monografi Ampiang Parak kedalam tulisan. Wassalam.(HARIDMAN)

0 Komentar

Tinggalkan Balasan