IKUTI
INFO PASISIRANCAK
  • 2 tahun yang lalu / info libur lebaran 2022 ekowisata penyu ampingparak: tiket masuk Rp10.000, sewa kano Rp25.000/30menit, sewa perahu listrik Rp150.000/jam
  • 2 tahun yang lalu / konservasi penyu ampingparak berencana realese 1.500 ekor tukik (anak penyu) saat libur lebaran 2022
  • 2 tahun yang lalu / Pokdarwis LPPL Amping Parak Sediakan Bibit Cemara Laut. Harga @15.000/batang
Menelusuri Mesjid (Cagarbudaya) Al-Imam Koto Baru Kambang

Menelusuri Mesjid (Cagarbudaya) Al-Imam Koto Baru Kambang

Oleh : admin - Kategori : Kebudayaan dan Sejarah / Pesisir Selatan
10
Apr 2022

Mesjid Al-Imam Koto Baru Kambang, Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan adalah mesjid yang dijadikan situs cagar budaya oleh pemerintah. Mesjid ini secara fisik penanganannya memang berbeda dengan mesjid lain karena keaslian bangunan dan ornamen dijaga oleh pemerintah dan warga setempat.

Mesjid ini memiliki sejumlah fasilitas utama diantaranya ruang shalat yang nyaman, perpustakaan dan MDA/TPSA, tempat wudhuk, parkir dan juga berada di pusat budaya Nagari Kambang.

Mesjid Al Imam memiliki peran sangat strategis di masyarakat Kambang. Masjid tersebut selain sebagai tempat syiar agama, juga untuk memecahkan berbagai persoalan ekononomi warga Kambang.

Sementara dilain pihak tidak sedikit pula warga yang datang untuk melahap buku – buku bermutu di sana. Setiap bulan puasa, pustaka mesjid ini selalu dibuka. Posisi pustaka disamping kanan depan masjid. Bangunan pustaka masjid terpisah dari bangunan tempat ibadah.

Masri, salah seorang Pengurus Mesjid Al Imam menyebutkan, pustaka dibuka setiap hari selama bulan puasa. Dibuka mulai Pukul 08.00 WIB dan ditutup pada sore hari. Disini beberapa judul buku, mulai dari soal fiqih, tauhid dan lain lain.
“Juga masih tersimpan di lemari pustaka kitab-kitab kuning lama. Kitab-kitab al-Umm, al-Majmu’ Syarah Muhazzab, Irsyadus Sari Syarah Shahih Bukhari, Syarah Ihya (Ittihaf Sadatil Muttaqin), Tuhfatul Muhtaj, dan lain-lainnya,” katanya.

Kitab – kitab tersebut biasanya memang hanya akan dipesan oleh atau dibaca oleh peminat peminat khusus, misalnya santri pondok pesantren, para guru guru agama dan lain lain.
Masjid dan pustakanya itu terletak di jantung nagari Kambang, yakni Balai Kamis Koto Baru. Bangunan itu adalah sebuah mesjid yang diberi nama oleh para pendirinya Al-Imam atau sang pemimpin. Kini telah berumur 89 tahun semenjak berdiri.

Bentuk bangunannya unik dan sangat menarik. Kabarnya dirancang insinyur dari Belanda dan China dengan perpaduan gaya Timur Tengah dan Khas Eropa. Mesjid yang tidak pernah dirombak dari bentuk aslinya ini oleh Dinas Kepurbakalaan, menjadikan mesjid ini sebagai cagar budaya.

Al – Imam adalah lambang kesatuan agama dan adat di Kambang. Dalam tambo adatpun disebutkan betapa ia menjadi sentral bagi masyarakat Kambang. Tertuang dalam tambo yang terwarisi hingga kini “Masajik limo, koto sambilan, imamnya di Koto Baru.
Performa Mesjid Al – Imam sungguh membawa kita kemasa lalu. Kubahnya antik dan menarik berupa payung besar, memiliki arti tigo payuang sakaki. Tigo payuang sakaki adalah struktur adat yang tidak lekang hingga kini dan lekat dengan bangunan itu. Kemudian reliefnya yang juga sangat menarik perhatian yang menggambarkan orang Kambang sangat menjaga seni dan keindahan..

Lantas melongok pula kedalam bangunan. Tiang tiangnya masih orisinil. Tiangnya itu konon kabarnya dibuat orang orang “sakti” di Nagari Kambang. Sebagaimana masjid umumnya tiang masjid tersebut memiliki makna. Didalam mesjid terdapat 14 tiang, sementara di luar terdapat 50 tiang. Tiang dalam mesjid menjadi simbol 14 Datuak di Kambang, berikut tiang-tiang luar yang berjumlah 50 bermakna niniak mamak nan limopuluah.

Katar Datuak Sati Tokoh Masyarakat Kambang menyebutkan, bangunan dan tiang itu telah berdiri semenjak tahun 1926. “Semenjak berdiri, mesjid itu tidak banyak mengalami perubahan. Perubahan hanya dilakukan pada daun pintu, sementara yang lainnya tidak,” kata Katar Datuak Sati.

Mesjid ini karena terletak di jantung Nagari Kambang, maka setiap waktu tampak makmur. Kegiatan ibadah lima waktu tidak ada yang tertinggal. Pengajian – pengajian selepas Isya atau subuh juga berlangsung dengan baik dan terencana. Semenjak dahulu hingga kini, mesjid Al – Imam memiliki peran stategis melahirkan kader kader ulama.(Haridman Kambang)

0 Komentar

Tinggalkan Balasan