IKUTI
INFO PASISIRANCAK
  • 2 tahun yang lalu / info libur lebaran 2022 ekowisata penyu ampingparak: tiket masuk Rp10.000, sewa kano Rp25.000/30menit, sewa perahu listrik Rp150.000/jam
  • 2 tahun yang lalu / konservasi penyu ampingparak berencana realese 1.500 ekor tukik (anak penyu) saat libur lebaran 2022
  • 2 tahun yang lalu / Pokdarwis LPPL Amping Parak Sediakan Bibit Cemara Laut. Harga @15.000/batang
Mawi, Pemain Sarunai Kambang

Mawi, Pemain Sarunai Kambang

Oleh : Haridman - Kategori : Produk Wisata
25
Apr 2022

LAPORAN : HARIDMAN KAMBANG

Bila kita menyaksikan pesta adat (pesta nikah-red) di Kambang, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan maka akan sering terlihat arak arakan ibu ibu berbaris mejunjung jamba. Didepannya marapulai berjalan perlahan dan diatur. Lantas dilihat pula ke barisan paling belakang seseorang sedang meniup serunai (Alat musik tiup-red). Tiupan yang dimainkan peniup saerunai ditingkah suara kendang. Serasi, apik dan membuat suasana meriah. Langkah gontai marapulai seakan akan seirama dengan tiupan dan pukulan kendang.

Salah satu pemanin serunai di Kambang adalah Mawi (70). Mawi adalah warga Kampung Talang TS Kenagarian Kambang Kecamatan Lengayang. Saat tampil, rombongan marapulai terus dibuntutinya. Tiupan serunai itu tidak terputus putus, seolah olah nafasnya begitu panjang. Berjalan sekitar 100 meter, tidak membuat suara serunai jadi sumbang.

Prosesi mengantar marapulai di Kambang

Mawi adalah salah satu pewaris pusaka lama kesenian Minangkabau dari beberapa orang saja pelestari yang ada di Lengayang. Tidaklah banyak orang yang tertarik mewarisinya, dan tidak pula setiap orang berbakat untuk meniup alat musik yang tergolong tua di Minangkabau itu. Ia mewarisi ketrampilan memainkan serunai dari orangtua laki lakinya. Di keluarganya, hanya dia pulalah yang berbakat untuk menyelamatkan kesenian itu.

Ketika berbincang bincang dengan pasisiarancak.com, Mawi menyebutkan, ia sendiri kesulitan untuk mencari generasi pelanjut kesenian serunai tersebut. “Untuk memainkan ini memang butuh bakat dan kemauan. Zaman sekarang, anak anak muda lebih senang memainkan gitar, piano atau alat musik impor lainnya,” kata Mawi.

Meski demikian ia tetap berusaha mempertahankan serunai. Ia mengaku tidak pula menjadwalkan latihan secara rutin, namun akibat banyaknya panggilan atau tawaran untuk mengisi perhelatan, teknik bermain dengan sendirinya tetap terjaga. “Yang terpenting menjaga kesehatan sebelum memainkan serunai, terutama untuk mengiringi arak arakan anak daro atau marapulai. Karena memakan waktu lama memainkannya. Misalnya saya minum air rebusan jahe,” katanya.

Jamba dagang

Ia beberapakali kalangkabut karena tukang kendang tidak mau tampil. Untuk memenuhi permintaan perhelatan, ia harus mencari tukang kendang lainnya. Celakanya, tukang kendang pengganti adalah pemain baru yang tidak mengerti dengan ketukan kendang serunai. Butuh waktu dan ketabahan melatihnya.

Terkait serunai ia menyebutkan, memang ada perlakuan khusus saat tidak dimainkan atau ketika memainkannya. Ujung serunainya tidak bisa terlalu kering bila dimainkan, maka saat jeda mengiringi rombongan biasanya saya membasahi dengan air, dengan demikian suara yang dihasilkan tidak terlalu buruk kualitasnya,” kata Mawi.

Masih terkait serunai, ia menjelaskan tidak semua daerah serunainya sama. Misalnya di nagari Kambang, ujung tempat keluarnya suara sedikit agak lebar dibandingkan serunai Surantiah atau Balai Selasa. Perbedaan lainnya terletak pada jumlah lobang. Lobang serunai nagari Kambang berjumlah tujuh sementara di Surantiah atau Balai Selasa lobang serunainya hanya empat. Perbedaan jumlah lobang ini juga memiliki makna tersendiri.

Khusus untuk nagari Kambang jenis lagu yang dimainkan tidak boleh diubah ubah. Berdasarkan penuturan orang tuanya, untuk mengiringi rombongan baralek hanya diperbolehkan memankan irama bararak. Tujuannya supaya jenis irama itu tidak punah dan menjadi ciri khas serunai pengiring nagari Kambang.

Mawi, seniman sarunai Kambang

Mawi mengakui, kebutuhan keluarganya lebih banyak digantungkan kepada hasil dari meniup serunai. Sudah 30 tahun lebih. Penghasilan yang bisa diperoleh dari meniup serunai pengiring anak daro biasanya sekitar Rp200 ribu sekali main, namun ada kalanya lebih.

Ada kalanya panggilan atau order sepi adapula yang justeru padat. Akibat banyak yang menggelar pesta pernikahan tidak jarang pula ia menolak tawaran untuk main.
Selain untuk mengiringi arak arakan, Mawi juga sering diundang untuk mengiringi permainan randai.

Alat musik “kalsik” Ranahminang ini kini tidak memiliki pewaris secara alami. Keberadaanny di kampung kampung, dinagari nagari terancam punah. Anak anak muda kita merasa malu bila memainkan alat musik yang satu ini. Anak muda kita takut disebut kuno dan ketinggalan zaman.

0 Komentar

Tinggalkan Balasan