IKUTI
INFO PASISIRANCAK
  • 2 tahun yang lalu / info libur lebaran 2022 ekowisata penyu ampingparak: tiket masuk Rp10.000, sewa kano Rp25.000/30menit, sewa perahu listrik Rp150.000/jam
  • 2 tahun yang lalu / konservasi penyu ampingparak berencana realese 1.500 ekor tukik (anak penyu) saat libur lebaran 2022
  • 2 tahun yang lalu / Pokdarwis LPPL Amping Parak Sediakan Bibit Cemara Laut. Harga @15.000/batang
LIMAU GADANG, NAGARI DI "ATAS AWAN"

LIMAU GADANG, NAGARI DI “ATAS AWAN”

Oleh : Haridman - Kategori : Kp. Dilan / Pegunungan / Produk Wisata
24
Apr 2022

Laporan : Haridman Kambang

Nagari Limau Gadang (Gabungan Kampung Limau Limau dan Ngalau Gadang) merupakan pemekaran dari nagari Pancuang Taba, Bayang Utara, Pesisir Selatan. Nagari ini merupakan nagari yang terbilang unik di Kabupaten Pesisir Selatan. Pertama, unik bila di tilik dari geografis. Kedua unik karena sejumlah tradisi yang masih hidup disana.

Nagari Limau Gadang paling tinggi posisinya dibanding lainnya di Pesisir Selatan. Nagari ini berada sekitar 1000-1200 meter di atas permukaan laut, kampung dan dusun berada di puncak bukit dan bergelombang pula. Jika ditarik benang lurus mendatar, posisinya nyaris sejajar dengan Alahan Panjang, Kab Solok. Berpenduduk sekitar 2.000 jiwa.

Ini pulalah nagari yang bersuhu paling dingin. Pada waktu tertentu suhu bisa mencapai 18 derajad celsius. Bila sore datang, angin Danau Diatas, Alahan Panjang yang berhawa dingin akan berhembus menembus lembah dan menusuk ke Limau Gadang dan saat itu persis suhunya mirip Alahan Panjang.

Sedangkan Nagari Pancung Taba induk berada jauh dibawahnya. Jika ditarik benang tegak lurus, maka perbedaan ketinggannya sekitar 700 meter. Pancuang taba terlihat sangat kecil dari Limau Gadang. Awan mengandung hujanpun terkadang mendarat dipinggang bukit dibawah nagari Limau Gadang. Diibaratkan, nagari baru ini adalah nagari “diatas awan”.

Di sini terdiri dari dua kampung yakni Limau Limau dan Ngalau Gadang. Masyarakat dua kampung tersebut sebelum mekar memang memikul beban berat untuk memperoleh pelayanan pemerintahan. Mereka untuk bisa mencapai ibu nagari harus berjalan menyisiri jalan sempit dipinggang bukit barisan dengan jurang yang sangat dalam. Dari Limau Limau sekitar empat kilo meter jaraknya, sementara dari Ngalau Gadang sekitar 3,5 km. Alat transportasi adalah ojek dengan pengendara tangguh yang mampu menempuh pinggang bukit, jalan sempit dan tanjakan maut.

Ongkos besar harus dikeluarkan warga untuk membawa berbagai hasil pertanian. Satu ikat kulit manis sekali turun harus dibiayai sebesar Rp50.000, boleh dikata lebih besar biaya angkut ketimbang hasil. Untuk turun kebawah atau ke ibu kecamatan warga Limau Gadang harus merogoh kantong Rp75 ribu, itu hanya untuk ongkos, belum lagi biaya makan dan sebagainya. Demikian sulitnya sarana transportasi di nagari tertinggal itu. Belum lagi jika disebut fasilitas lainnnya, tentu banyak yang kurang. Penanggungan yang diharap berakhir pada pemekaran nagari.

Kini nagari Limau Gadang sudah memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintah nagari, adalah harapan besar masyarakat Limau Gadang. Kekhawatiran mengeluarkan ongkos besar ke ibu nagari akan hapus. Pemerintah, perlu melengkapi berbagai fasilitas penunjang. Misalnya jalan penghubung dari Pancuang Taba ke Limau Limau yang sangat sangat buruk itu perlu segera ditingkatkan. Banyak titik titik longsor yang saban waktu siap menutup akses ke nagari baru tersebut. Berkutnya tenaga kesehatan yang representatif, sekolah SD sampai SLTA, sarana telekomunikasi. Jangan biarkan nagari terseuruk itu lepas begitu saja pasca pemekaran.

Potensi besar yang belum tergarap kini sedang menunggu sentuhan besar. Nagari indah dan jauh dari polusi ini memiliki prospek cerah di bidang pertanian dan perkebunan. Jangankan bawang dan kol, markisa saja bisa tumbuh dan berbuah lebat di Limau Gadang. Warga setempat selama ini tidak mampu menggarap potensi disebabkan keterbatasan modal, ilmu dan buruknya sarana transportasi.

“Sudah terlalu lama kami tertinggal dan terbelakang dalam berbagai hal, mudah mudahan dengan pemekaran nagari ini ketertinggalan itu bisa berubah. Kami butuh inovasi, kami butuh perbaikan kualitas pengelolaan kawasan dan itu kami tumpangkan kepada pemerintah kabupaten Pesisir Selatan,” kata Alifi tokoh masayarakat setempat.

Warga Ngalau Gadang sedang “menampis” beras

Selanjutnya menurutnya, jika Jalan Tembus Alahan Panjang – Muara Air selesai, maka pemerintah Pesisir Selatan perlu memikirkan membuat jalan dari lintasan itu ke kawasan Limau Gadang. Bila hal hal itu bisa segera dilengkapi pemerintah, maka Limau Gadang segera keluar dari keterbelakangan dan ketertinggalan. “Limau Gadang dengan segenap potensinya bisa membuat masyarakat sejahtera,” katanya.

0 Komentar

Tinggalkan Balasan