IKUTI
INFO PASISIRANCAK
  • 2 tahun yang lalu / info libur lebaran 2022 ekowisata penyu ampingparak: tiket masuk Rp10.000, sewa kano Rp25.000/30menit, sewa perahu listrik Rp150.000/jam
  • 2 tahun yang lalu / konservasi penyu ampingparak berencana realese 1.500 ekor tukik (anak penyu) saat libur lebaran 2022
  • 2 tahun yang lalu / Pokdarwis LPPL Amping Parak Sediakan Bibit Cemara Laut. Harga @15.000/batang
KISAH DARWIS, PERAJIN RABAB DI KAMBANG

KISAH DARWIS, PERAJIN RABAB DI KAMBANG

Oleh : Haridman - Kategori : Produk Wisata
26
Apr 2022

RABAB KAMBANG MENYENTUH HULU JANTUNG

OLEH : HARIDMAN

Kabupaten Pesisir Selatan dikenal dengan budi baik warganya. Tersebut pula santun adatnya, tegangnya kendor, kendornyapun berdenting. Tersebut pula sejumlah seni melengkapi kehidupan, misalnya rabab, gendang dan selawat di Tapan. Rang Painan tersebut pula pandai berdendang dan bila berabab orang Kambang hati dan jantung yang “sentuhnya”.

Untuk menghasilkan alat rabab yang dapat mengeluarkan bunyi yang menyentuh hati dan jantung, sebetulnya dimulai dari ketepatan membuat dan merakit alat musik itu sendiri.

Darwis (65) warga Kambang, Kecamatan Lengayang, Pesisir Selatan adalah salah satu penrajin pembuat alat musik rabab dan alat musik lainnya. Ia amat terampil memainkan sebilah pisau rautan berukuran kecil di atas bingkai kayu yang akan dijadikan alat musik rabab (mirip biola-red). 

Jarinya menggenggam kuat hulu pisau lentik itu, namun gerakan tangannya tampak lincah, lentur dan meliuk-liuk mengikuti garis khayal yang akan membentuk lekukan bodi rabab.

Lelaki ini sudah hampir separuh hidupnya menghabiskan waktu membuat alat musik tradisional khas Pesisir Selatan itu. Dari tangannya telah tercipta ribuan rabab yang di pasarkan ke berbagai tempat. Rabab buatannyapun banyak pula dimainkan tukang rabab tersohor atau juga dibawa keluar daerah sebagai oleh-oleh atau kenang -kenangan.

Darwis memperoleh keterampilan membuat biola dari mamaknya (paman-red). Menurut keterangannya, ia sudah mulai belajar membuat rabab ketika berusia belia. Dan rabab hasil ciptaan pertamanya ketika ia baru berumur 12 tahun. Membuat rabab/biola butuh kesabaran dan kemampuan memainkannya, jika tidak hasilnya tidak sempurna.

Beberapa tahun terakhir, perguruan tinggi seni di Padang Panjang sering memesan rabab kepadanya. Kadang pesanan itu mencapai 80 rabab setiap tahun. Namun hingga kini ia mengaku belum pernah mendapatkan bimbingan teknis pemasaran dari pemerintah. Mulai dari pembuatan hingga pemasaran masih dilakukannya secara tradisional.

Oleh karena alat musik rabab pasisie tidak serupa dengan alat musik rabab piaman atau Pauh Padang, maka ia sering menggunakan kekuatan insting dalam pekerjaannya. Kebanyakan orang memandang alat musik rabab pasisie dianggap sama dengan alat musik rabab lainnya, padahal tidak.

Ukuran alat musik rabab pasisia dibuat agak kecil dari biola standar. Badannya persis sama dengan biola, artinya bukan bulat dan memiliki leher sedang dan pegbox. Ia memiliki empat senar. Tidak ada papan nada ditangkainya.

Menurutnya, rabab yang bagus terlihat dari jenis kayu yang terpancar dari warna dan usia kayunya. Kayu tua memperlihatkan bodi yang loreng (lingkaran tahunan kayu). Semakin tajam dan jelas lorengnya, dipastikan kayu yang digunakan menggunakan bagian dalam pohon, dipercaya lebih bagus suaranya. Secara fisik, dengan demikian rabab telah selesai.

Untuk menguji, cobalah melihat loreng tersebut seperti melihat hologram. bila loreng itu “bergerak”, maka itu asli, bila loreng itu kesannya diam, maka dipastikan loreng itu hanya di gambar saja. 
Selanjutnya, geseklah rabab tersebut, apakah bunyinya keras apa tidak. Hati-hati juga dalam menggesek, karena dapat merusak telinga bila rabanya terlampau jelek, karena frekuensi yang dihasilkan terlalu tinggi, dan merusak gendang telinga bila dimainkan terlalu lama. bila suara yang dihasilkan menimbulkan kesan “nyaman”, itu lah ciri rabab yang baik.

“Itu hanya ciri ciri secara umum. Namun biasanya orang yang peka terhadap musik rabab akan mengetahuinya ketika mendengarkan bunyinya,” kata Darwis.

Mereka yang sudah fasih memainkan alat musik rebab pasisie akan mengetes suranya dengan memainkan irama balahgam (bunyi yang beriba-iba dan menyayat). Namun tidak pula semua pemain rabab yang bisa memanikan irama balagham tersebut. Kini irama balagham itu telah hampir punah untuk ditampilkan dimuka umum karena tidak jarang tukang rabab yang bisa memainkannya.

Irama balagham kini nyaris hanya tinggal nama dan pameo. Orang sering mengatakan, “rabab sajalah yang menyampaikan”. Padahal rabab yang bisa menyampaikan adalah tukang rabab yang dapat memainkan irama balagham.

Dulu menurut Darwis, dimanapun pertunjukan rabab, tukang rabab bisa menyampaikan maksud dan tujuan seorang lelaki kepada perempuan yang disukainya. “Bahkan keduanya bisa jadian setelah tukang rabab menyampaikan dalam irama balagham,” katanya.

Irama balagham itu bisa menyentak hati dan jantung perempuan maupun meluluhkan hati laki laki. Lalu kemudian merasakan pilu yang sedalam dalamnya dan akhirnyapun jatuh hati. “Sekarang yang tersisa hanyalah ratok sikambang dan raun sabalik, sedangkan balaghan yang dipergunakan untuk menyampaikan telah lenyap,” katanya.

Untuk mengerjakan pembuatan musik rabab yang bisa mengeluarkan suara untuk irama balagham tersebut perlu waktu dan ketekunan. “Itu makanya tidak semua tukang kayu bisa membuat rabab. Tukang membuat rabab biasanya sekaligus bisa memainkannya,” katanya.

0 Komentar

Tinggalkan Balasan