Bunga rampai adalah pengharum kuno yang masih terpakai hingga kini di Nagari Kambang, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Bunga rampai masih tetap bertahan sebagai “parfum” ruangan dan berbagai keperluan lainnya terkait pesta adat dan pelaksananaan adat itu sendiri. Bunga rampai masih punya pesona.
Bertahan ditengah bermunculannya pengharum medern hasil pabrikasi tentu tidak mudah. Namun para produsen bunga rampai punya segmen pasar tersendiri. Pertaman sangat diminati para orang tua yang sudah terbiasa dengan pengharum tradisional ini, kedua bila ada kegiatan pesta adat yang tidak luput dari kehadiran bunga rampai.
Di Kambang, usaha pembuatan bunga rampai dijadikan sebagai usaha turun temurun. Tidak terlalu banyak orang yang memiliki keahlian membuat bunga rampai, karena pengolahan bunga rampai diwariskan secara turun temurun.
Uwek (61) warga Kt Merapak Kambang adalah salah satu yang memperoleh keahlian itu. Tangan Uwek begitu cekatan meracik sejumlah bunga bungaan dan dedaunan untuk dijadikan parfum bernama bunga rampai tersebut.
Menurut keterangan Uwek, bunga rampai berbahan dasar sejumlah bunga, misalnya bunga kenanga, bunga ros dan sejumlah bunga lainnya yang bisa meningkatkan keharuman bunga rampai.
“Tidak kalah pentingnya, diperlukan sejumlah daun asam misalnya, limau purut, limau lunggo dan limau lainnya, termasuk juga daun pandan,” ujar Uwek menyampaikan sejumlah resep srahasia yang ia miliki.
Setelah bahan bahan lengakap, pagi hari menjelang dipasarkan, bahan bahan tadi sudah harus di racik. Yang terpenting menurutnya adalah perpaduan seimbang antara bunga bungaan, daun pandan dan daun asam.
“Tujuan diracik beberapa jam menjelang dipasarkan agar bunga rampai tidak kering dan hilang wewangiannya. Jika hal ini telah diperhatikan insyaallah bunga rampai yang dihasilkan bisa berkualitas,” ujar Uwek menjelaskan.
Uwek menyebutkan, bunga rampai yang dibuatnya dipasarkan keberbagai pasar yang ada di Sutera, Lengayang dan Ranah Pesisir.
“Biasanya bunga rampai dipergunakan ibu rumah tangga untuk pengharum kasur atau pengharum ruangan. Cara mempergunakannya di taburkan diatas kasur atau diatas lantai, kemudian di tunggu beberpa menit, maka kamar akan menjadi harum,” ujar Uwek.
Bedanya dengan parfum pabrikasi adalah, sekali tabur, wangi bunga rampai bisa tahan satu malam.
Disebutkannya, bunga rampai yang dibuatnya biasanya dijual perbungkus sekitar seribu hingga dua ribu rupiah. Kemasan bunga rampai menggunakan dedaunan.
Di hari hari biasa permintaan bunga rampai memang tidak terlalu tinggi. Namun permintaan akan meningkat menjelang bulan puasa. Uwek juga menyebutkan, dirinya selain menyiapkan bunga rampai, juga menyediakan limau.(Haridman)