LAPORAN : HARIDMAN
Mandeh Rubiah di Lunang menyimpan banyak khasanah budaya Minangkabau dan Islam. Sebagai bagian dari Kerajaan Pagaruyung setiap waktu Istana Mande Rubiah menarik perhatian untuk dikunjungi dan di pelajari.
Istana ini terletak di nagari adat nomor dua paling ujung selatan Kabupaten Pesisir Selatan, rumah gadang ini amat mudah untuk di kunjungi. Dari jalan nasional terdapat gapura dan petunjuk menuju istana. Istana itu berhampiran dengan Masjid. Bentuk istana memang tidak serupa dengan Rumah Gadang di Pagaruyung. Tampilannya berupa rumah panggung dengan halaman cukup luas lengkap dengan rangkiang.
Tepat di gerbang istana lurus kedepan terdapat jenjang untuk masuk rumah. Ruang tamu berukuran sekitar empat kali enam meter. Di dinding terpajang sejumlah perkakas milik kerajaan berupa keris, panah dan lain-lain. Kemudian yang tidak kalah menarik di ujung ruang tamu bagian barat terdapat sebuah etalase tempat menyimpan Al-Quran yang di tulis tangan.
Kondisi kitab suci itu memang terlihat sangat tua dan tanpa sampul. Kertasnya sudah kelihatan menguning dimakan usia. Al-Quran tulisan tangan itu sudah ada di istana itu semenjak ratusan tahun lalu dan menegaskan bahwa keluarga istana adalah muslim yang mempedomani Al-Quran sebagai petunjuk. Tidak ada catatan resmi kapan Al-Quran itu di tulis.
Selain Al-Quran, dalam etalase kaca itu juga terdapat kitab gundul dan sejumlah naskah lainnya. Pihak istana menjaga kitab-kitab tersebut agar tidak cepat rusak dimakan usia.
Setiap tahun, selalu ada ritual adat di Istana atau Rumah Gadang Mandeh Rubiah di Lunang. Ritual itu dilaksanakan di bulan baik yakni hari jelang puasa ataupun Lebaran. Saat lebaran Ninik Mamak Nan Salapan mengunjungi (manjalang) istana atau Rumah Gadang Mandeh Rubiah.
Rakena (60) Mandeh Rubiah ke-VII menyebutkan, tradisi itu telah berlangsung lama, semenjak dari zaman Bundo Kanduang (Mandeh Rubiah I) mulai mejadikan kawasan ini sebagai kerajaan.
Kegiatan dimulai dengan arak -arakan dari Kantor KAN Lunang dengan diawali tembakan salvo. Arak arakan terdiri dari rombongan Ninik Mamak Nan Salapan lengkap dengan atribut dan bendera kebesaran.
Dibelakang Ninik Mamak Nan Salapan terdapat barisan Alim Ulama, Pemerintah Kecamatan, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Pemuda dan diiringi ratusan jamba. Iring -iringan tersebut sesampai di Gerbang Rumah Gadang, menegun sejenak dan menunggu tembakan salvo ke dua. Setelah itu rombongan kembali bergerak menuju Rumah Gadang.
Sesampai di halaman Rumah Gadang Mandeh Rubia VII menyabut di depan pintu Istana yang berdiri megah itu. Rombongan kembali berhenti bergerak, Mandeh Rubiah pada saat itu menyambut para Ninik Mamak dan Rombongan sembari mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir Bathin”.
Rombongan kemudian duduk pada tempat yang telah dipersiapkan. Pada prosesi adat itu, sejumlah tokoh berkesempatan menyampaikan sepatah dua patah kata.
Selanjutnya, kegiatan manjalang Rumaha Gadang dilanjutkan dengan menaiki rumah. Ninik Mamak Nan Salapan naik ke Istana Bundo Kanduang tersebut diiringi oleh pilar nagari lainnya. Pada kesempatan itu ada sisombah, makan dan ditutup dengan do’a selamat.
Makna dari tradisi ini menurut Mandeh Rubiah VII adalah untuk membangun tali silaturrahmi antara Ninik Mamak dengan segenap anak kemenakan di hari fitrah. “Pada ritual ini yang ingin dicapai adalah pensucian diri pasca ramadan berlalu,” kata Mandeh Rubiah kepada penulis beberapa waktu lalu.
Kemudian juga ada tradisi ziarah ke makam Mande Rubiah. Tradisi ini sudah menjadi tradisi rutin bagi masyarakat Kenagarian Lunang dan Silaut. Masyarakat masih memegang adat yang telah di waris oleh nenek moyang.
Tradisi ziarah kubur Mande Rubiah, merupakan suatu kapercayaan masyarakat yang begitu besar terhadap Mande Rubiah, sehingga bagi masyarakat Lunang dan Silaut setidak-tidaknya satu kali dalam setahun berziarah ke sana. Keunikan tradisi ziarah kubur Mande Rubiah pada umumnya untuk membayar nazar dan lain-lain. Masyarakat menganggap Mande Rubiah keramat. Masyarakat menghormati Mande Rubiah yang sekarang karena menurut kepercayaan masyarakat Mande Rubiah adalah seorang panutan dan sebagai pimpinan spiritual bagi masyarakat Lunang Silaut.
Ziarah kubur ke Mande Rubiah biasanya berlangsung pada hari kedua lebaran Idul fitri dan pada hari Jum’ at namun tidak tertutup kemungkinan ziarah dilaksanakan pada hari-hari biasa.